Investasi Pendidikan


Efisiensi merupakan hal penting dalam organisasi. Apapun jenis organisasi tersebut. Namun, dalam konteks manajemen sumberdaya manusia,  pandangan klasik terhadap sumberdaya manusia bisa mengarah pada upaya efisiensi yang keliru dalam jangka panjang. Dalam pandangan klasik, sumberdaya manusia (pekerja) dilihat sebagai biaya. Pandangan tersebut menggiring orang pada anggapan bahwa semua pengeluaran terkait sumberdaya manusia adalah obyek dari upaya efisiensi.


Fakta menunjukkan bahwa upaya efisiensi melalui  ekploitasi pekerja relatif lebih mudah dibanding melalui hal lain seperti inovasi metode kerja atau penggunaan sumberdaya lain. Lalu menjadi tidak mengherankan bila kita masih menemukan banyak organisasi yang kurang memperhatikan kesejahteraan pekerjanya, meskipun organisasi tersebut mengetahui bahwa sumberdaya manusia merupakan faktor kunci. Indikasi kurangnya perhatian organisasi terhadap kesejahteraan pekerjanya dapat dilihat dari upah yang rendah dan keengganan organisasi mendanai kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan atau mengembangkan kapasitas dan mutu pekerja melalui pendidikan dan pelatihan dengan berbagai alasan. Terlebih hasil pendidikan dan pelatihan pekerja sering kali tidak terlihat secara kasat mata dan bersifat jangka panjang. Akibatnya, tidak ada peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Kondisi seperti ini menjadi ironis mengingat organisasi sebenarnya mengetahui bahwa sumberdaya yang dimilikinya adalah kunci keberhasilan dalam menjaga keberlangsungan hidup organisasi. Oleh karena itu, pandangan klasik yang melihat sumberdaya manusia semata-mata sebagai biaya harus dihentikan. Setiap orang dan organisasi perlu memandang bahwa sumberdaya manusia sebagai investasi. Oleh karena itu, pengeluaran yang terkait dengan upaya peningkatan atau pengembangan kualitas sumberdaya manusia terlebih menyangkut pendidikan dan pelatihan merupakan bentuk investasi..

Pendidikan dan Pelatihan dipandang sebagai proses investasi  pengembangan mutu sumberdaya manusia dalam bentuk “manusia terdidik” (educated people). Bagaimanapun, kemajuan pada hakekatnya merupakan hasil kinerja manusia. Jika suatu bangsa tidak mampu mengembangkan sumber-sumber manusianya, ia tak akan dapat mengembangkan apapun, apakah sistem politik modern, aparat pemerintahan yang cakap dan bersih, angkatan perang yang tangguh, atau perekonomian yang makmur yang membawa keadilan bagi seluruh penduduknya. Pembangunan mutu sumberdaya manusia, karenanya, adalah salah satu kondisi yang sangat perlu untuk semua pertumbuhan.

Pada dewasa ini banyak bukti yang dapat ditunjukkan untuk menggambarkan bahwa manusia terdidik lebih bernilai dari sekedar sebuah mesin canggih sekalipun. Nilai tambah yang diperoleh dari investasi pendidikan yang berhasil diwujudkan dalam bentuk manfaat pribadi (private benefit) dan manfaat sosial (social benefit). Manfaat pribadi  merupakan kemampuan-kemampuan yang memungkinkan seseorang dapat menghidupi dirinya sendiri secara bermartabat, seperti memiliki pekerjaan yang layak dan  hidup sehat.   sosial berwujud nilai tambah yang disumbangkan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial yang ditunjukkan  memiliki produktivitas berkarya. Dalam konteks investasi, analisis pilar pembelajaran : (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together dapat dimaknai sebagai berikut. Learning to know merupakan dasar yang memberikan pemahaman wawasan pemetaan pemahaman kognitif.

Konstruksi kognitif yang berkaitan dengan hand-on experiencies sangat penting untuk mengarahkan orientasi perbuatan yang diperlukan. Learning to do diarahkan pada kemampuan pemecahan masalah yang terjadi dalam kehidupan keseharian. Kepemilikan kedua kemampuan itu diperlukan individu untuk mengayomi dirinya sebagai manusia menghidupi dirinya sendiri (learning to be self-help). Pada akhirnya, tugas seseorang melebihi sekedar seld-help, namun kebermaknaannya dilihat dari sisi nilai tambah dalam mensejahterakan lingkungannya (learning to live together). Makna learning to live together bukan sekedar  menciptakan kehidupan yang damai tanpa permusuhan, namun lebih dari itu bagaimana menjadikan sosok manusia yang memiliki kemampuan (sebagai hasil belajar) untuk memakmurkan kehidupan umat manusia. Sesama manusia saling memberi nilai tambah.  Berkat manusia yang terdidiklah juga, semua ekosistem kehidupan dipelihara dan dimanfaatkan dengan baik.

Investasi pendidikan (education) terjadi dalam proses pembelajaran yang terjadi dalam situasi sosial. Dalam konteks investasi, pembelajaran harus mampu mengkondisikan kepemilikan nilai-nilai, sikap, pengetahuan, dan kecakapan (keterampilan) yang dikehendaki sesuai dengan tujuan investasi. Pembelajaran (learning) sebagai esensi pendidikan merupakan proses pengkondisian agar tujuan investasi tercapai. Bahwa pengakuan proses investasi pendidikan terjadi di rumah dan di masyarakat, namun diyakini bahwa kelembagaan pendidikan formal (schooling) merupakan tempat untuk terjadinya proses pembelajaran yang lebih baik (better learning). Akuntabilitas schooling didukung oleh komponen-komponen sistem yang disiapkan secara khusus (seperti kurikulum, pendidik, dan tenaga kependidikan) dan dikendalikan dalam bentuk berbagai instrumen penjaminan (seperti ujian dan akreditasi sekolah).

Makna yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah bagaimana penyelenggaraan pendidikan formal  (schooling) diselenggarakan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi akuntabilitas publik sebagai investasi sumberdaya manusia strategis melalui proses “learning” yang baik. (Hendra Poerwanto G)
Hari ini telah dibaca  kali

Postingan Populer

Postingan Lain Yang Perlu Dibaca

Dimensi Kualitas Produk Jasa