Mengelola Waktu Hari Ini Saat Ini.


Ada 24 jam dalam sehari. Itu setara dengan 24 x 60 menit sehari. Yang juga setara dengan 24 x 60 x 60 detik sehari. Penunjuk waktu yang kita gunakan, setiap jarum detik, menit dan jam, bergerak secara teratur. Demikian pula seluruh jarum jam yang ada di dunia, berdetak seirama dan sejalan, tidak saling mendahului ataupun tertinggal. Itu berlaku bagi semua orang. Tak terkecuali. Sebuah kesepakatan umum. Dengan kesepakatan itulah orang bisa merencanakan penggunaan waktu dengan sesama. melakukan perjanjian, meskipun mereka memiliki kegiatan mereka sendiri-sendiri dan pola pembagian waktu yang sendiri-sendiri pula.

 
Meski, sejak kecil, setiap orang diajarkan untuk membagi waktu sebanyak 24 jam sehari tersebut untuk beraktivitas dalam sehari, baik itu aktivitas kerja, aktivitas istirahat dan aktivitas eksklusif pribadi, namun demikian, tak jarang orang merasa kekurangan waktu. Mengeluhkan waktu yang kurang. Lalu sebagian orang nampak tergesa-gesa dan tidak sabaran. Nampak pontang panting menyelesaikan menyelesaikan sebuah aktivitas  karena dihadapkan oleh batas waktu pekerjaan, Waktu seolah berjalan cepat sekali. Berasa cepat berlalu dan tahu-tahu waktu sudah menjelang maghrib. Di sisi lain, juga terlihat, sebagian orang nampak santai-santai saja.Menunggu sesuatu yang akan datang. Waktu berasa berjalan pelan. Kecemasan membuat waktu seperti tak bergerak. Dua menit berasa dua jam. Penunjuk waktu berasa rusak. Padahal jarum jam bergerak, berdetak teratur. Sama untuk semua jam di seluruh dunia.

Akhirnya, membicarakan soal waktu tidak akan pernah habisnya. Bagaimanapun, waktu misteri besar. Sebagian ada yang memandang waktu seperti garis lurus yang harus dilalui. Waktu bergerak maju, dan orang hanyut di dalamnya. Sebagian lagi ada yang  memandang waktulah yang menerjang dengan deras meninggalkan mereka dan mereka harus bergerak cepat untuk mengejarnya. Namun, ada juga orang yang memandang bahwa waktu itu sama sekali tak bergerak.

Dimanakah persoalan waktu berada? Hal yang sebenarnya bukan soal waktu yang kurang, atau waktu yang berlebih. Bukan soal jarum jam yang berasa berjalan lambat atau berjalan begitu cepat. Waktu yang seperti ini adalah waktu psikis. Waktu yang hanya ada di pikiran kita. Waktu fisik adalah sama dalam jumlah sehari untuk semua orang yang ditunjukkan oleh gerak teratur, seirama dan sejalan dari jarum jam seluruh dunia.. Persoalan yang sebenarnya adalah lebih ke soal pengelolaan waktu.

Di dunia modern saat ini, waktu menjadi tolok ukur bagi kemajuan. Semakin cepat, semakin baik, begitu orang mengatakannya. Waktu dipandang sebagai sumberdaya yang tak ternilai dan tak dapat diperbaharui. Sekali waktu berlalu, kita tak dapat mengembalikannya lagi. Pandangan semacam ini menimbulkan tuntutan tersendiri kepada setiap orang yang berpandangan seperti itu untuk mengelola waktu sebaik-baiknya. bekerja dengan waktu sesedikit mungkin dengan jumlah  dan hasil pekerjaan atau kegiatan sebanyak mungkin pada tingkat kualitas sebaik mungkin. Tuntutan ini melahirkan penemuan-penemuan baru di bidang metode,alat dan teknologi untuk menghemat waktu.

Penemuan-penemuan baru di bidang metode, alat dan teknologi memang memudahkan kita untuk menghemat waktu, akan tetapi itu semua tetaplah tidak artinya bila inti persoalan adalah pengelolaan waktu yang buruk. Membagi waktu adalah hal mudah, merencanakan kegiatan dan meletakkan ke dalam time line mungkin tidak sulit, tetapi mengisi waktu sesuai dengan apa yang telah direncanakan adalah hal lain.

Beberapa orang mencoba mengelola waktu dengan cara memanipulasi diri sendiri. Memajukan alat penunjuk waktu adalah salah satu bentuk memacu diri sendiri agar memulai suatu kegiatan lebih dini atau paling tidak untuk alasan agar tidak terlambat. Pengelolaan waktu yang buruk akan menimbulkan ketidak seimbangan pembagian waktu, yang kita sebut waktu fisik. Waktu fisik adalah waktu untuk kerja, waktu untuk aktivitas dan waktu untuk ekslusif pribadi seperti waktu untuk sosialisasi, waktu untuk keluarga dll. Bersamaan dengan itu keseimbangan waktu psikis pun terganggu

Sebenarnya kunci pengelolaan waktu, baik fisik dan psikis, adalah keseimbangan antar keduanya. Dan keseimbangan itu tidak terletak pada bandul jam tangan kita, melainkan pada pikiran kita, sejauh mana kita mampu mengukur dan menimbang setiap detik penggunaan waktu kita dengan kegiatan-kegiatan yang multidimensi. Mengelola waktu berarti pula menjaga keseimbangan aktivitas kita dengan nilai, prinsip, manfaat dan tujuan.

Mengelola waktu bukan sekedar mengelola kegiatan, emosi, apalagi sekedar mencocokkan jam tangan anda. Mengelola waktu adalah mengelola kehidupan. Mengelola waktu menuntun kita untuk memilih mana yang terbaik bagi kehidupan ini. Sayangnya, tidak cukup mudah bagi kita bisa memahami apa sebenarnya "waktu" itu. Padahal, para bijak sering berkata, "hiduplah saat ini" karena yang tersedia memang hanya "saat" ini. Hari ini. Lakukan saja seperti:

Pertama,  bagun sepagi mungkin dan sebelum melakukan apa-apa, buat agenda kerja anda untuk hari ini. Rencanakan semua kegiatan anda sedetil mungkin. Susun sesuai dengan skala proritas tujuan anda. Jangan hanya menentukan kapan anda melakukan kegiatan, namun juga berapa lama, dan apa yang harus anda kerjakan selanjutnya jika kegiatan utama tersebut gagal dilaksanakan. Ini menuntut anda untuk mengetahui tujuan anda hari ini. Setelah selesai, hitung berapa lama waktu yang anda gunakan untuk menyusun rencana.

Kedua di siang hari, lihat kembali agenda anda.apakah segala sesuatu berjalan sesuai rencana? Begitu banyak penyimpangan? bermanfaatkah rencana yang dibuat?  Jangan lupa tulis juga  perasaan-perasaan dan emosi-emosi yang menyertai kegiatan anda. Misal: jam 09.00. Kegiatan: menelepon si X; emosi: netral. Contoh lain seperti perasaan kecemasan, takut, khawatir, senang, penuh harap. Ini akan berguna ketika, ada keperluan untuk melihat ada tidaknya  hubungan antara kegiatan anda dengan emosi  yang muncul.

Ketiga, pada siang itu juga cek agenda untuk siang hingga sore malam hari. Lakukan revisi bila memang diperlukan. Tambahkan kegiatan baru bila diperlukan. Hapus/ tunda kegiatan siang sore malam yang telah anda rencanakan di pagi hari kalau memang harus demikian. Perubahan2 ini menunjukkan kemampuan dalam menyusun perencanaan di muka di pagi hari, sekaligus sejauh mana fleksibilitas pribadi terhadap tuntutan perubahan.
Keempat, di malam hari, lihat kembali seluruh kegiatan kita hari ini. Apakah puas dengan apa yang dilakukan? Apakah segala sesuatau berjalan sesuai rencana? Seberapa besar penyimpangannya? Apa yang menjadi  penyebab penyimpangan? Sejauh mana perlu dilakukan perbaikan? Dan apakah dengan itu semua berarti mampu mengelola waktu dengan baik?

Akhirnya, apapun itu, waktu adalah saat ini, bukan kemarin dan bukan besok.Oleh karenanya, saat ini, hari ini, harus digunakan sebaik-baiknya. Dan, itulah kunci utama dalam mengelola waktu.
Hari ini telah dibaca  kali

Postingan Populer

Postingan Lain Yang Perlu Dibaca

Dimensi Kualitas Produk Jasa