Sudut Pandang Pendekatan Dalam Melihat "Kualitas"


Meski ada begitu banyak pendapat tentang kualitas dan setiap pendapat ternyata berbeda-beda dalam mendeskripsikan kualitas, namun demikian, hal tersebut tidak perlu membuat kita menjadi bingung. Sebagaimana dikatakan oleh Elliot, seorang ahli manajemen kualitas, bahwa untuk orang yang berbeda bisa saja berbeda dalam mendeskripsikan kualitas. Perbedaan-perbedaan tersebut lebih dikarenakan adanya perbedaan tujuan, waktu dan tempat.
 Menurut David Garwin, perbedaan pendapat tentang kualitas lebih dikarenakan perbedaan pendekatan yang digunakan setiap orang dalam memandang kualitas. Bila dicermati ada setidaknya lima pendekatan dalam memandang kualitas, yakni:

  1. Pendekatan Transendental. Pendekatan ini lebih menekankan pada apa yang dirasakan sekalipun tidak semua yang dirasakan dapat dideskripsikan dengan kata-kata. Artinya, orang mungkin bisa merasakan sesuatu tentang kualitas, namun orang tersebut sulit untuk menjelaskannya dalam kata-kata. Ya, pokoknya begitulah, sulit untuk menjelaskannya, begitu pendapat mereka tentang kualitas bila melihatnya dengan menggunakan pendekatan transendental.
  2. Pendekatan berbasis Produk. Bila kualitas dipandang dengan menggunakan pendekatan ini, maka kualitas akan dideskripsikan sebagai keseluruhan karakteristik atau atribut yang dapat diukur. Misalnya lantai keramik ukuran 40 x 40 cm, disebut berkualitas bila diukur maka ukurannya benar-benar 40 x 40 cm. Penyimpang berapapun terhadap ukuran tersebut, maka produk tersebut bukan produk berkualitas.
  3. Pendekatan berbasis pengguna. Artinya kualitas dilihat dari sisi pendapat pengguna. Bagaimana pun keadaan barang atau jasa, bila barang atau jasa tersebut dapat memuaskan penggunanya maka barang atau jasa tersebut dikatakan sebagai berkualitas. Dengan demikian pendapat konsumen tentang sejauh mana produk dapat memenuhi preferensi atau selera mereka merupakan kunci dari kualitas.
  4. Pendekatan berbasis manufaktur. Pendekatan ini melihat kualitas dari sisi produsen. Produsen memiliki kriteria atau spesifikasi sendiri tentang produk yang dihasilkannya. Bila produk yang dihasilkan telah sesuai dengan kriteria atau spesifikasi yang ditetapkan oleh perusahaan, maka produk tersebut dikatakan sebagai berkualitas. Sayangnya, pendapat produsen tentang kualitas dari produk tersebut, bisa jadi tidak klop dengan pendapat konsumen. nnah hal demikian bisa menjadi persoalan tersendiri.
  5. Pendekatan berbasis value. Berdasarkan pendekatan ini, kualitas diartikan sebagai suatu upaya ekselen. Dengan demikian produk yang berkualitas belum tentu bernilai. Menurut pendekatan berbasis value, produk yang bernilai adalah produk yang tepat beli. Salah satu ahli manajemen kualitas yang memandang kualitas dengan pendekatan berbasis value adalah Scherkenbach. Beliau menyatakan bahwa kualitas ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan menginginkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut. Misalnya, seseorang membutuhkan penunjuk waktu yang bersifat mobile, yang dia inginkan adalah jam tangan yang dapat menunjukkan waktu dengan tepat dan awet. Bila ada merek jam tangan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan orang tersebut pada tingkat harga yang rasional, maka jam tersebut dikatakan bernilai.
Pendekatan yang dipilih dalam memandang kualitas akan menentukan bagaimana kualitas dipahami. Pemahaman tentang kualitas akan menentukan bagaimana kualitas tersebut diwujudkan atau dikonkritkan di lapangan. Yang pasti tidak ada satu pendekatan yang sempurna. Jadi wajar bila beberapa pendekatan dicoba untuk dikombinasikan agar kesempurnaan dapat didekati.

Hari ini telah dibaca  kali

Postingan Populer

Postingan Lain Yang Perlu Dibaca

Dimensi Kualitas Produk Jasa

Arsip Blog